Masalah Sosial "KENAKALAN REMAJA"
Pengertian Kenakalan
Remaja
Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana
yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri
dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja
adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah
melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Singgih D. Gumarso (1988 : 19),
mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang
berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
1.Kenakalan
yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hokum.
2.Kenakalan
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang
dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
orang dewasa.
Menurut bentuknya,
Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ;
1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit .
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin.
3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan
narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang
dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.
Penyebab Terjadinya
Kenakalan Remaja
Perilaku
kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor Internal
(Dalam)
a. Reaksi Frustasi Diri
Dengan
semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya
anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan
sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin
dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b.
Gangguan Pengamatan dan Tanggapan Pada Anak Remaja
Adanya
gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan
perkembangan pribadi anak yang sehat.
Gangguan pengamatan
dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.
Tanggapan
anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa
pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang
salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan
kecemasan yang berlebihan.
c.
Gangguan Berfikir dan Intelegensi Pada Diri Remaja
Berfikir
mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang wajar
terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya pemecahan kesulitan
dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi
pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada, maka
pikirannya terganggu.
d.
Gangguan Perasaan Pada Anak Remaja
Perasaan
memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya
kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap
harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang
merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan
fungsi perasaan tersebut, antara lain :
1) Inkontinensi
emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa
dikekang.
2) Labilitas
emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap.
Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
3) Ketidak
pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak
pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.
4)
Kecemasan merupakan
bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan
sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
2. Faktor Eksternal
(Luar)
Selain
faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara
lain :
a. Keluarga
Tidak
diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi
remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam
kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang
berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu
menjadi santapan sehari-hari remaja.
Bapak
yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu
yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja,
kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan
dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan
dan kenakalan.
b. Lingkungan Sekolah
yang Tidak Menguntungkan
Sekolah
kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar”
daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan
inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan
tidak merangsang kegairahan belajar anak.
Selanjutnya,
berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang
tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel
dan apatis.
Di
kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan
batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang “tidak
adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat,
aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain anak
dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem sekolah dengar.
Ada
pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de dikasi pada profesi, dan
tidak menguasai metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen
dikomersialkan, dan pe ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi
ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan
oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan masalah mengajar atau
mengoperkan informasi belaka.
c. Media Elektronik
Tv,
video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja,
padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya
menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan
yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan
tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja.
Anak
yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan
ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film
sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah
ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan
adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi
film-film yang ditontonnya.
d. Pengaruh Pergaulan
Di
usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema
sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telepon. Topik
pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok /
cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan
sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi
remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan
dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di
sekelilingnya.
Semua faktor
ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa
percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka
hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau
ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman
pergaulannya.
Mengatasi Kenakalan
Remaja
Kenakalan remaja
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.
Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara sosiologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali
didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan,
seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi
kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu.
Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua,
teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan
jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan,
konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka
harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Memberikan lingkungan
yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita
dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak
menambah jumlah kasus yang ada.
Hal-hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja :
1.
Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari
keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua
untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih
teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan
di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.
Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Kesimpulan
Kenakalan
remaja adalah suatu outcome dari suatu proses yang menunjukkan penyimpangan
tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-norma yang ada. Kenakalan remaja
disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor internal (reaksi frustasi diri;
gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja; gangguan berfikir dan
intelgensia pada diri remaja; gangguan perasaan pada anak remaja), maupun
faktor eksternal (keluarga, lingkungan sekolah yang kurang menguntungkan, media
elektronik, pengaruh pergaulan) yang secara potensial dapat membentuk perilaku
seorang anak.
Mengatasi
kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu.
Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua,
teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan
jiwa remaja tersebut.
Saran
1. Dengan mempelajari ini, kita dapat
lebih mengetahui apa saja bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab terjadinya
kenakalan remaja.
2. Sebagai seorang remaja, kita
seharusnya bisa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada perkembangan
kenakalan remaja yang sudah memprihatinkan saat ini. Oleh karena itu sebagai
salah satu bentuk implementasi dari tanggung jawab tersebut terhadap kenakalan
remaja adalah dengan berusaha semaksimal mungkin menjadi remaja yang baik.

Komentar
Posting Komentar